My Pap Quote #7

kawalogy Quote, Uncategorized

Bung Karno : JAS MERAH “Jangan Sekali-kali Meninggalkan/Melupakan Sejarah”
 
Pap : “Jangan sekali-kali lupakan, pap pernah ngantor di rumah karena pecah kongsi dgn rekan bisnis papa”
 
Papaku pernah terusir entah diusir dari kantornya sendiri. Perusahaan percetakan yg dibangunnya dengan seorang teman baiknya. Saat itu sekitar pertengahan tahun 80an. Peristiwa itu terjadi setelah adik laki-lakiku lahir tahun 1984. Setelah itu pap ada konflik dgn rekannya tsb. Jika pap ingin memiliki perusahaan itu, papaku harus membelinya sekitar 150juta (nilai rupiah saat itu). Dan ingin dibayar cash. Karyawan disuruh memilih, akan ikut papaku atau rekan papaku. Papaku saat itu tidak melakukan perlawanan apapun. Papaku keluar dan memindahkan kantornya sementara ke rumah. Papaku otomatis jadi jobless. Luntang lantung ga jelas. Bingung .. Untung ga jadi gila jugaa .. Terbayang bagaimana hancurnya semua harapan dan cita-cita papaku .. Semua perjuangan dan pengorbanannya merintis usaha menjadi sia-sia. Masih ada tanggungan seorang istri, ibu rumah tangga dan tiga orang anak yg masih kecil-kecil usia 8, 4, 1 tahun.
 
Ngerriiii aku bayanginnya … hikksss
 
Pertolongan itu datang. Suatu waktu papaku sedang melamun di sekitar Braga. Jalan bolak-balik ga jelas. Ga sengaja bertemu dengan kenalannya yg bekerja di Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat, Bank Jabar, sekarang Bank BJB. Namanya Bapak Rahmat Firdaus. Usianya sepertinya jauh di atas papaku. Papaku memanggilnya akang karena sesama orang Sunda. Singkat cerita Pak Rahmat ikut prihatin akan masalah yg menimpa papaku dan memberi kemudahan pinjaman dari bank tempat beliau bekerja. Entah apa yg membuat beliau percaya pd papaku. Karena saat itu papaku ga punya harta apapun sbg jaminan, selain dirinya sendiri. Atau mungkin pap jaminkan rumah yg nilainya ga sebanding dgn nilai pinjaman bank.
 
Alhamdulillah, papaku bisa menjaga kepercayaan Pak Rahmat ini. Kurang dari satu tahun, papaku sudah dapat mengembalikan semua pinjaman usahanya pada Bank BJB. Hutang lunas. Papaku akhirnya bisa memiliki perusahaannya kembali, yang kini menjadi usaha jasa perhotelan.
 
Pada masa-masa sulit itu, hanya ada satu orang staff yg setia ikut papaku. Namanya Ibu Yeti. Beliau adalah sekretaris papaku saat itu. Dari sekian banyak karyawan di percetakan itu, hanya satu-dua orang saja yg masih mau bergabung dgn usaha papaku. Termasuk wa yono dan pak marna, yg dulu bertugas lem buku.
 
Kantor yg ditempati papaku itu dulunya rumah ketika kakakku berusia 2 tahun. Ketika aku lahir papa pindah rumah di depannya. Jadi rumah dan kantor ini depan-depanan. Mam tetap support sambil mengasuh adikku yg masih bayi dgn tetap memasak dan mengirimkan makanan untuk makan siang. Aku dan kakakku biasa main di kantor rumah itu. Dan bisa-bisanya yaaa papaku dan ibu yeti itu tetap santai dan tersenyum ketika bekerja di sana. Tidak pernah kutemukan wajah-wajah kuyu bermuram durja. Jadi aku ga pernah menyangka kalo itu adalah masa tersuram dan menyedihkan di bisnis papaku.
 
Memang mungkin itu sudah jalan yg terbaik. Papaku akhirnya bisa bangkit dan keluar dari segala kesulitan itu. Alhamdulillah .. sudah 35 tahun peristiwa itu berlalu. Semua jadi pembelajaran penting. khususnya buat kita anak-anaknya. Kita ga trauma, tapi kita jadi loading lama kalo ada yg mau ajak kerja sama/joinan. Teringat pengalaman pahit di masa lalu.
 
Apapun itu, aku dan adik kakakku bersyukur masih dipercaya meneruskan apa yg sudah diperjuangkan oleh mam papku dulu.
 
Kita jadi merenung, andaikan kita berada di posisi papaku saat itu, kini dan nanti … Masih adakah orang-orang seperti Pak Rahmat Firdaus dan Ibu Yeti, Wa Yono & Pak Marna yg akan membantu, membela dan bersama kita di saat suka dan duka ….???
 
Ya Allah lindungilah kami ..
 
NB :
• Silaturahmi dgn Ibu Yeti masih terjalin hingga saat ini. Ibu Yeti setiap tahun suka berkunjung ke Bandung dgn anak cucunya dan menginap di rumah/hotel.
• Wa Yono masih aktif di dept laundry dan sudah diberangkatkan ibadah haji tahun lalu
• Pak Marna masih aktif bekerja di rumah direksi