Cerita Ibadah Haji thn 1981 dan hubungannya dgn pendirian Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH)/part4

kawalogy KBIH Assyakur, Uncategorized

Me : “Dia bukan suamiku dan bukan pula kakakku”

Banyak orang yg PD banget bilang gini : “Memang kalo jodoh itu mirip yaaa …”

Me : Heiinn …?

Maksudnya ke aku gitu ya itu ngomongnya. Celingak celinguk kiri kanan depan belakang.

Mereka menambahkan : “Iyaa .. itu muka suaminya meuni mirip bgt .. Kata orang, kalo jodoh itu muka pasangannya jd mirip satu sama lain.”

Me : Mhhh .. saya mah belum nikah bu ..

Mereka : Oohh gitu ..?? Sayang bgt yaa .. kirain suami istri. Meuni cocok.

Teuteuuppp usahaa …

Me : Ini mah adik saya bu … bukan suami atau calon suami saya hahha

Mereka : Masssaaa siihh adiknya …? Kirain kakaknya …

Astaghfirlahhh .. Etanya orang-orang meuni ku keukeuh hahhaha

Iyaa .. begitulah yang terjadi. Sedikit cerita lucu ketika aku menunaikan ibadah haji pada tahun 2005 bersama adik laki-lakiku, Dinno. Entah karena memang dia lebih tinggi perawakannya dari aku, entah karena dia lebih kaleum dan dewasa pembawaannya dari aku, entah memang dia keliatan lebih ‘boros’ aja usianya dari aku hahaa

Saat itu usiaku baru 24 tahun. Adikku 21 tahun. Kita bergabung dengan KBIH Assyakur angkatan V. Peraturannya saat itu, memang perempuan yg belum menikah harus didampingi oleh mahramnya. Misal ayah kandung, adik/kakak laki-laki. Jadilah aku dikawal sama Om Nono. Kalo skrg katanya, yg ga ada pendamping laki-laki boleh ikut dengan pembimbingnya sbg mahram. Tapi aku kurang tau jg, jelasnya bagaimana.

Yang pasti keberadaan mahram itu penting sekali bagi jemaah perempuan. Semandiri apapun perempuan, sejago apapun bahasa inggrisnya, sepintar apapun isi kepalanya, setinggi apapun ilmu agamanya, kalo ga ada mahram yg mendampingi, semua itu seperti jadi useless. Iya seperti yang jadi percuma aja.

Padahal sebenernya semua itu untuk menjaga dan melindungi kepentingan perempuan juga.

Misal : Kita ga bisa thawaf mengelilingi Ka’bah seorang diri. Harus bersama mahram. Atau bersama group/rombongan.

Kita juga ga bisa beli kopi/makanan sendiri kalo ga ada antrean khusus untuk perempuan. Kita ga bisa jalan ke mall atau pasar sendirian. Etc etc.

Pokoknya demi keamanan dan kenyamanan bersama, seorang perempuan harus selalu didampingi oleh mahramnya. Ini sudah jadi budaya khususnya di kota suci Madinah dan Makkah.

Yang aku tau dulu gitu yaa ..

-bersambung-

_belajar menulis spontan_

_free writing_

w/ my lil bro

me @ Aziziah Makkah

me went for  Hajj  2005 w/ Saudi Airlines