Menjadi Pembina PG/RA Assyakur, bagaimana mungkin ini terjadi…??! #7

kawalogy Uncategorized

Tantangan untuk Sekolah (School From Home) : Bukan hanya sekedar masalah Quota Internet

Sejujurnya aku jadi lupa hari. Apalagi semenjak libur skul. Biasanya aku ingat hari berdasarkan seragam yg dipakai anak skul. Hehhe Misal : Senin merah kotak-kotak, Selasa putih popeye, Rabu Rebo Nyunda, Kamis kaos olahraga kuning, Jumat baju muslim bebas. Sabtu-Minggu libur.

Saat ini skul sudah masuk minggu kedua belajar di rumah. Hampir semua tau gimana rempongnya orang tua  mendampingi anak-anaknya menyelesaikan tugas sekolah di rumah. Belum lagi kalo orang tua juga bekerja. Malah ada cerita ayah ibu  keduanya harus work from home. Lalu mereka punya anak 3. Semuanya usia sekolah. Jadi ketika mereka semua harus bekerja dan belajar bersama dari rumah, mereka harus rebutan laptop coz laptopnya cuma ada satu. Kebayang ga satu laptop direbutin sama 5 orang …?  Luar biasa bgt huehehe

Back to school.

Aku sempat kepikiran gimana cara guru-guru ini bagi waktu sama pekerjaan domestiknya di rumah. Yang aku tau, mereka juga punya keluarga yang perlu diurus. Bahkan ada diantaranya yg punya 3 sampai 5 anak. Ada yg umurnya masih di bawah satu tahun, ada yg sudah SMA, ada juga yg anaknya di SD semua. Plus harus memenuhi request paksu jg. Selain itu, ada pula yg harus merawat orang tua yg sudah sepuh. Huwwooww ..

Jadi aku tanya Kepala Sekolahnya, masuk di  minggu kedua gimana perkembangan school from home ini bagi mereka ..? Apa saja kendalanya ..? Sekolah bisa support apa …?

Sempat terlintas masalah hape guru yg hang karena banyaknya kiriman tugas berupa foto dan video yg masuk dan tidak diimbangi oleh memori yg memadai. Ini pasti ada hubungannya dgn quota internet mereka juga. Pasti penggunaan internet para guru ini juga melonjak drastis,  lebih dari biasanya. Kalau di sekolah mungkin masih bisa kebantu karena ada wifi. Kalau di rumahnya kita ga tau. Kalaupun ada, pasti harus berbagi dgn anggota keluarga lainnya. Apalagi ini mereka full di rumah.

Jawaban dari Ibu Kepala Sekolah adalah merekapun masih pembiasaan. “Kendala utama di komunikasi, karena agak sulit untuk bisa mengatur guru-guru untuk ON diwaktu yg sama… terutama guru-guru yang punya anak usia sekolah, karena mereka juga harus mengkondisikan tugas anak anak nya dan tugas mereka di kampus yg lumayan banyak juga”.

Ya ampuunn .. aku hampir lupa.  Ada dua orang guru yang sedang lanjut kuliah lagi. Luar biasa semangatnya.

“Selanjutnya memori telepon. Kemarin hape ketiga wali kelas sempat nge hang bu, lumayan repot juga, tapi masih bisa dikondisikan”

“Yang berikutnya betul bu quota internet. Baik bu, nanti saya ajukan penambahan biayanya”.

Iya sebenarnya, program KBM school from home Assyakur sederhana dan praktis saja. Pakai Wa, kirim chat, gambar dan video. Bukan pake aplikasi canggih atau yg harus download dulu. Tapi ini pun sudah lumayan menguras waktu, tenaga, pikiran,  dan biaya para guru. Jadi mungkin, sudah seharusnya jika sekolah bisa lebih pengertian dan memberikan support untuk hal-hal di luar dugaan tsb.

Intinya tujuan tugas dari sekolah itu adalah untuk membantu para orang tua agar dapat mengarahkan kegiatan anak di rumah. Supaya ada bayangan program anak setiap harinya. Dan anak-anak  bisa mengulang pelajaran yg telah didapat di sekolah supaya tidak cepat lupa.

Semoga kita semua, baik guru, orang tua, anak-anak juga pihak sekolah/yayasan diberi kesabaran dan bisa saling menguatkan dalam kondisi yg serba sulit ini.  Semoga Allah melindungi kita semua. Semoga badai ini cepat berlalu. Aamiin yra.

 

-bersambung-

_belajar menulis spontan_

_free writing_