The “Iron” Sister #1

kawalogy Uncategorized

Sis : “Kalo kamu mau menguji persahabatan, ujilah dgn uang”

Suatu hari di awal tahun 90an. My sis “De .. ! kamu ngambil uang tetehhh yaahh …??”. Tanpa basa basi. To the point bgt.

Haahhh …?? Ga lah .. jawabku spontan. Maksudnya gimana …? Aku ga terima dgn nada pertanyaan my sis yg cenderung menuduhku sembarangan.

Dan dengan santainya my sis menjawab : “Oh yaa gpp. Cuma nanya”.

Me : “Whatttt …???! Maunya apa siy. Ngajak berantem ajah.

Sis : “Gaa .. tadi kan kamu sisidueun (sunda) ga berhenti-berhenti. Uda minum air anget masih aja cegukan. Kata orang dulu, untuk menyembuhkan cegukan secara alami itu adalah dengan mengagetkannya. Tapi ga harus dgn suara tinggi kan. Misal : DOORRR …!!”

Me : “Apahhhh …??? Ihh garing … !!  Ade uda kaget bgt. Kirain emang bener uang teteh ilang. Huuuhhh ..”.

Sis : “Hahhahaha .. tapi ternyata berhasil kan …?Tuh kamu uda ga cegukan lagi”

Puassssshh bgt my sis ketawanya.

Gilingannn yaa. Aku ga tau. Apa aku harus kesal atau berterima kasih sama my sis. Huhehe Tapi aku terapkan jg siy ilmunya kalo ada yg cegukan, aku ‘kagetin aja dgn tipuan-tipuan macam itu” Haha Cari teman “korban”. Balas dendam dikerjain.

Ga cukup sampai disitu. Terakhir, my sis masih jg memberikan tambahan ‘wejangan’ yg menurut aku rada out of the topic, tapi masih ada benang merahnya, yaitu tentang uang.

Sis : Oh yaa .. satu lagi. Kamu kalo mau menguji sebuah persahabatan, ujilah dengan uang. Seorang teman akan terlihat karakter aslinya. Apakah dia dapat dipercaya atau tidak. Apakah dia amanah atau tidak.

Me : Maksudnyaa apa sihh (dalam hati).

Aslinya saat itu aku belum begitu mengerti “pesan sponsor” my sis itu. Rasanya temanku jg belum banyak-banyak amat. Dan mereka jg kan ga pernah pegang uang jajan yg besar. Maklumlah masih anak sekolah.

Butuh waktu lama buatku untuk mencerna perkataan my sis itu.

Sampai bertahun-tahun kemudian aku beranjak besar dan duduk dibangku kuliah. Ga lama dari itu aku  mulai ikut bergabung di bisnis keluarga. Sedikit demi sesdikit aku mulai memahaminya. Tapi sejujurnya, aku ga pernah mau mempraktikannya, ga ada niat sedikitpun atau memang dgn sengaja mau ‘ngetest’ teman-teman baikku dgn masalah uang. Takut kecewa.

Benar. Saat itu aku sangat takut kehilangan my inner cicle gara-gara masalah ini.

Tapi kalo memang pada akhirnya, aku harus mengalaminya. Ya apa boleh buat. Semua terseleksi dgn sendirinya.

Anggarkan kecewa. Anggap aja sodaqoh kata my sis lg.

 

-bersambung-

_belajar menulis spontan_

_free writing_