Pap : “Kalo kamu mau hidup enak, bisa saja kamu jual hotel ini. Depositokan uangnya, lalu kamu tinggal hidup ongkang-ongkang kaki dari bunganya”
Gleekkk. Aku menelan ludah. Serasa disambar petir di siang bolong. Kenapa tiba-tiba pap bicara seperti ini padaku …? Apakah pap marah ..? Apakah pap menganggap aku anak yg kurang bersyukur dan manja …?. Aku diam saja sambil bertanya-tanya dalam hati.
Lalu pap menambahkan : Setelah itu apa …? Apa makna hidup kamu di dunia ini ..? Apa arti keberadaan kamu di hidup ini ..? Seberapa banyak manfaat yg bisa kamu berikan buat orang lain ..?
Apakah kamu tau akan seperti apa kehidupan karyawan setelah hotel kamu jual …? Mungkin dibalik seorang karyawan itu, ada keluarga (anak istri/suami, ayah ibu, adik kakak, paman tante, kakek nenek) yg hidupnya bergantung sekali dari pekerjaan ini.
Yang muda, kuat, dan berpendidikan mungkin masih bisa mencari pekerjaan lain. Tapi bagi yg sudah lama bergabung di sini dan akan memasuki usia pensiun, akankah mereka mendapatkan kesempatan yg sama ..? Bagaimana peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang baru ..?
Tiba-tiba aku merasa hidungku berair. Aku berusaha untuk biasa saja. Tenggorokanku kering sekali. Aku merasa mataku mulai menghangat.
Aku tau, pap tidak sedang memarahiku. Pap hanya sedang ingin mengobrol saja seperti biasa. Tapi kenapa topik cerita hari ini terasa berat sekali buat aku cerna.
Apakah pap berusaha untuk membaca pikiran anak-anaknya di masa depan …? Aku ga tau.
Yang pasti pembicaraan itu sangat membekas sampai saat ini. Setelah pap meninggal hampir 15 tahun yg lalu dan aku terjun langsung di usaha yg dulu digeluti pap. Barulah aku menyadari betapa dalam dan luasnya makna perkataan pap saat itu. Mungkin itu menjadi salah satu ‘kode’ terkuat dari pap buat anak-anaknya.
Yaaa .. pap pasti berbicara hal yg sama jg pd adik kakakku. Kami satu sama lain sudah satu frekuensi untuk ‘pap case’ seperti ini.
-bersambung-
_belajar menulis spontan_
_free writing_